Pencemaran
dan pengelolaan sampah di Jakarta
Masalah
pencemaran udara dikota-kota besar, sangat berbeda dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat
atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi. Masalah-masalah ini
akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat
yang mengakibatkan jumlah penduduk yang terpapar polusi udara juga meningkat.
Perkiraan–perkiraan PBB menunjukkan sampai tahun 2000,47 persen dari jumlah
keseluruhan populasi akan tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun1990, 60
kota–kota didunia mempunyai jumlah penduduk ± 3 juta orang dan pada tahun 2000
diproyeksikan 85 kota-kota akan termasuk jenis katagori ini.
DKI Jakarta
adalah salah satu kota dengan tingkat polusi paling tinggi di Indonesia dan rangking
ketiga untuk kota besar terburuk di dunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kerusakan di berbagai aspek lingkungan. Seperti udara, diakibatkan oleh
melonjaknya volume kendaraan bermotor yang merupakan penyumbang terbanyak
pencemaran udara di Jakarta.Karena asap dari kendaraan bermotor tersebut
mengandung unsur senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maupun
kondisi lingkungan. Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) memastikan tingkat
pencemaran udara Jakarta melonjak drastis di tahun 2011 dibandingkan 2010. Selain
itu disebabkan oleh lemahnya kontrol pemerintah dalam melakukan uji emisi
kendaraan.
Berdasarkan
kajian Japan International Cooperation Agency (JICA), penyumbang zat pencemar
udara terbesar di Jakarta adalah emisi kendaraan pribadi. Emisi itu mengandung
Karbon Monoksida (co) sebanyak 58 persen, Nitrogen Oksida (nox) 54 persen,
Hidrokarbon 88,8 persen, timbal (pb) 90 persen, dan Sulfur Oksida (sox) 35
persen. Polusi di Jakarta, salah satunya disebabkan kemacetan. Sebab, jumlah
kendaraan di Jakarta tak sebanding dengan jalan yang tersedia. Pertumbuhan
kendaraan mencapai delapan hingga 12 persen pertahun, sedangkan pelebaran jalan
hanya tiga hingga lima persen. Kondisi seperti itu, membuat kemacetan menjadi
konsekwensi. Saat kemacetan terjadi, polusi otomatis meningkat. Pasalnya, emisi
gas buang kendaraan yang merayap berbeda 12 kali lipat dibanding saat kendaraan
berjalan normal. Polusi tersebut memberikan dampak negatif bagi lingkungan
hidup dan kesehatan masyarakat.
Polusi bising
adalah polusi yang hampir setiap hari terjadi di Jakarta. Polusi ini
diakibatkan oleh kepadatan lalu lintas, hiruk pikuk masyarakat kota, dan
konser-konser musik yang sering diadakan di tempat-tempat hiburan di pusat
perkotaan.
Zat-zat pencemar
udara yang paling sering dijumpai di lingkungan perkotaan adalah: SO2, NO dan
NO2, CO, O3, SPM(Suspended Particulate Matter) dan Pb. SO2 berperan dalam
terjadinya hujan asam dan polusi partikel sulfat aerosol. NO2 berperan terhadap
polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang merupakan unsur pokok
dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel. Ozon, CO, SPM,
dan Pb seluruhnya telah dibuktikan memberi pengaruh yang merugikan kesehatan
manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah
terbentuknya produksi SO2, NO dan NO2 serta Pb, sedangkan masing–masing minyak
solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah partikel dan SO2 sebagai tambahan
dari NO dan NO2.
Pencemaran udara
primer adalah substansi pencemaran yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara, sulfur oksida (SO), dan nitrogen monoksida (NO) dari hasil
sisa pembakaran fosil. Menurut laporan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH)
2006, potensi pencemaran udara berupa SO tertinggi berasal dari sumber tidak
bergerak, yaitu industri sebesar 403.523,25 ton per tahun (78,32 persen) dan NO
tertinggi dari sumber bergerak, yaitu 27.079,72 ton per tahun (62,2 persen).
Dari data tersebut, terlihat bahwa sumber tidak bergerak, yaitu industri,
merupakan penyebab pencemaran untuk parameter SO dan parameter NO pada sumber
bergerak, yaitu transportasi.
Sekitar 70
persen tanah di DKI Jakarta tercemari air limbah, sehingga Kali Ciliwung sudah
tidak layak konsumsi. Kali tersebut sudah tercemar bakteri Escherichia coli
(E-Coli) jauh di atas ambang normal yakni 80 persen.Pencemaran tanah ini
terjadi karena pengelolaan septic tank belum dilakukan dengan baik. Sejauh ini
baru tiga persen septic tank yang sudah terkelola sesuai fungsinya. Sekitar 97
persen lainnya akibat tinja yang mencemari air tanah, dan itu membuat kualitas
air tanah di DKI Jakarta tercemar.
Jakarta harus
berhati-hati dengan penggunaan merkuri pada alat kosmetik yang beredar di
Jakarta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan
terhadap penjualan sabun dan krim pencerah kulit serta kosmetik seperti riasan
mata, produk pembersih, dan mascara karena adanya kemungkinan mengandung
merkuri. Pengawas kesehatan global itu menunjukkan bahwa merkuri dalam sabun
dan krim pada akhirnya terbuang ke air limbah. Merkuri, kemudian, memasuki
lingkungan, di mana ia menjadi alkohol, dan masuk rantai makanan sebagai
metilmerkuri yang sangat beracun pada ikan. Ibu hamil yang mengonsumsi ikan
yang mengandung metilmerkuri mentransfer merkuri ke janin mereka yang nantinya
dapat mengakibatkan defisit neurologis pada anak. Konsentrasi merkuri Jumlah
atau dalam sebuah produk dapat diinformasikan melalui label pada kemasan atau
dalam daftar bahan. Nama bahan yang mesti diwaspadai terkait dengan merkuri
yakni Hg, klorida mercurous, merkuri amoniasi, klorida amida dari merkuri, air
raksa, cinnabaris, hydrargyri oxydum rubrum (merkuri oksida), dan merkuri
iodida.
TIMAH atau
timbal yang terdapat di dalam pipa air, debu, tembikar dan mainan bisa
menghambat perkembangan emosional dan intelektual anak. . Baik anak-anak maupun orang dewasa akan
terpapar oleh timah. Tetapi, anak lebih berisiko karena sedang dalam masa
pertumbuhan dan jaringan mereka masih rentan
mengalami kerusakan. Orang dewasa menyerap sebanyak 10-15% timah, terang
peneliti, maka anak-anak atau bayi bisa menyerap hingga 50%. Begitu diserap,
sebagian besar dari timah ini akan disimpan di dalam tulang. Timah bisa berdiam
di sini selama 30 tahun dan menyebabkan kerusakan yang tidak bisa diperbaiki
pada siitem saraf pusat. Batas ambang normal yang masih diberlakukan adalah 10
microgram per desiliter. Menurut para peneliti dari University of Bristol,
bahkan dalam batas ambang normal ini saja timah yang terkandung dalam darah
masih memiliki efek buruk.
Jakarta mempunyai
tingkat tofografi yang relatif dan iklimnya dipengaruhi oleh molekul air
sehingga sangant lembab serta memiliki suhu udara relatif tinggi. Suhu udara
tinggi membentuk suatu lapisan inversi beberapa puluh atau ratus meter di atas
tanah. Lapisan ini akan merangkap polutan-polutan yang dekat denagn
sumber-sumber emisi akibatnya cenderung mudah terbentuknya fotokimia oksidan
dari emisi-emisi polutan.
Di DKI Jakarta,
volume air bersih sudah semakin menurun, hal ini disebabkan oleh sampah-sampah
yang dibuang ke sungai. Kebanyakan dari sampah yang dibuang tersebut adalah
sampah jenis plastik dan styrofoam yang sulit untuk dicerna oleh alam. Polusi
udara yang melanda ibu kota juga menimbulkan banyak masalah sosial bagi
warganya.Contohnya masalah kesehatan, polusi udara yang buruk dapat menyebabkan
infeksi pada saluran pernafasan, asma, mencemari darah, bahkan kanker
paru-paru.
Kadar timah
dalam darah sangat berkaitan dengan tingkat kemampuan membaca, menulis dan
mengeja anak, serta sikap antisosial mereka. Setiap peningkatan kadar timah
setara dengan penurunan kemampuan membaca, menulis dan mengeja sebanyak 0.3
poin. Kadar timah dalam darah antara 5 dan 10 microgram per desiliter
menyebabkan penurunan skor kemampuan membaca sebanyak 49% dan kemampuan menulis
sebesar 51%. Kadar timah sebanyak 10 microgram per desiliter menyebabkan
peningkatan sikap antisosial dan hiperaktif hingga 3 kali lipat.
Partisipasi dan
sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam memperbaiki lingkungan juga
perlu digalakkan. Seperti mengadakan bike to work, bike to school, dan CFD (Car
Free Day) sebagai bentuk partisipasi untuk mengurangi tingkat polusi di
Jakarta. Akan lebih baik jika kegiatan ini didukung oleh pemerintah juga lebih
di tingkatkan dengan kegiatan tanam seribu pohon, memperluas area lingkungan
hijau di DKI Jakarta, melakukan konvensi ke bahan bakar, mempromosikan
teknologi rendah emisi, mengadopsi perencanaan tata ruang yang lebih baik, dan
pemantauan kualitas udara. Selain itu polisi yang bertugas di lapangan untuk
bertindak tegas kepada kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas emisi gas.
Pemerintah harus tegas terhadap perusahaan-perusahaan makanan dan kosmetik
dalam pemakaian timah dan merkuri.
Data terakhir
Dinas Kebersihan Jakarta, menunjukkan jumlah sampah Jakarta sampai saat ini ±
27.966 M³ per hari. Sekitar 25.925 M³ sampah diangkut oleh 757 truk sampah
untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Sisa sampah ± 2041 M³
yang tak terangkut menjadi masalah yang masih menunggu untuk segera diatasi.
Sampai kini, Jakarta masih sangat bergantung terhadap satu-satunya TPA di
Bantar Gebang. Sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, sampah
bergerak linier dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Semakin
kompleks alur kehidupan manusia, terutama di kota-kota besar, jumlah sampah
juga akan terus bertambah.
Sampah
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Sampah (organik dan padat) yang membusuk
umumnya mengeluarkan gas seperti methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta
senyawa lainnya. Secara global, gas-gas ini merupakan salah satu penyebab
menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena mempunyai efek rumah kaca (green
house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan asam.
Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau tidak sedap / bau
busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia. Menghasilkan pencemaran air
yang tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar terbesar
justru berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari
berbagai jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya
air permukaan saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan
berbahaya bagi manusia. Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar
maupun yang sudah membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan
menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan
kapasitas sungai akan berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap
menyebabkan banjir. Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung
maupun tak langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya
berbagai parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah
merupakan sarang berbagai vector (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat
dan nyamuk.
Apa upaya yang
dapat di lakukan untuk mengurangi gunung sampah ini? Jangan membuang sampah
sembarangan. Terutama di jalan dan selokan. Kurangi konsumsi. Konsumsi apapun
pasti menghasilkan sampah. Apakah itu membeli baju, CD, makanan, odol, minyak
goreng, dll. Semua menghasilkan sampah dan kebanyakan plastik yang tidak dapat
didaur ulang. Pakai daftar belanja, jangan asal beli karena emosi. Gunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Daur ulang, pakai ulang, perbaiki ulang
lalu sumbangkan kepaad yang membutuhkan. Pengolahan sampah melalui intermediate
treatment facility (ITF). Selain fokus pada pengolahan sampah di dalam kota,
ITF juga bertujuan mengurangi beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Pola pengolahan sampah
di ITF berbasis teknologi tinggi, modern, tepat guna, dan ramah lingkungan.
Tujuan akhirnya mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna (from waste to
energy). Lewat teknologi tersebut, sampah anorganik di daur ulang, sampah
organik difermentasi untuk menghasilkan bahan bakar pembangkit listrik atau
sumber BBG. Tahun ini, dengan total lahan seluas 7,5 hektar, ITF Cakung
Cilincing mampu mengolah sampah hingga 1.300 ton per hari atau dibuat barang-barang
kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.